Desember 12, 2017

Cerita Dibalik Mengikuti Program Retooling Dosen

Sebelumnya ngulas dulu dikit tentang program retooling dosen vokasi, yang kukutip dari website resminya..

Dalam rangka pelaksanaan program revitalisasi pendidikan tinggi vokasi, untuk mewujudkan pendidikan tinggi vokasi yg link and match dg kebutuhan dunia usaha & dunia industri (dudi); Ditjen Kelembagaan, Iptek & Pendidikan Tinggi menyelenggarakan program Beasiswa Retooling Kompetensi Dosen Pendidikan Tinggi Vokasi 2017. Untuk membantu peningkatan kualitas dan kapabilitas dosen sebagai elemen penting dalam pengembangan lembaga perguruan tinggi. Program ini merupakan kegiatan pelatihan non gelar melalui kerjasama antara Direktorat Pengembangan Kelembagaan PT; Ditjen Kelembagaan, Iptek & Pendidikan Tinggi dengan perguruan tinggi dan partner industrinya sebagai penyelenggara pelatihan. Informasi detilnya bisa disimak di https://retoolingvokasi.ristekdikti.go.id

Semua dosen PTN dan PTS termasuk yg masih S1-pun mempunyai kesempatan memperoleh beasiswa tersebut. Alhamdulillah.. beberapa dosen POLSAS juga memperoleh kesempatan ikut berpartisipasi dlm program tersebut. Kebetulan aku dan dua orang teman dosen lainnya mendapat kesempatan mengikuti training & sertifikasi, masing-masing : Cisco Networking – CCNA 1&2 yg diselenggarakan di Politeknik Negeri Bandung (PolBan), International Health & Safety Passport, dan International Electrical Installation & Maintenance – keduanya diselenggarakan di Politeknik Negeri Batam (PoliBatam). Sebelumnya kami apply secara online di website resmi program tersebut di atas dengan mengisi dan menggunggah semua data dan dokumen yang diperlukan termasuk proposal. Daftar pilihan training dan sertifikasi yang disediakan dalam web cukup banyak, baik yang di dalam negeri maupun luar negeri.

Hmmm.. tapi sayang, training CCNA yang kuikuti selama hampir sebulan, mulai tanggal 30 Oktober 2017 itu kurang sesuai harapan. Sertifikasinya ternyata hanya untuk konsumsi student (bukan ToT spt yg diharapkan olehku dan teman” peserta yg sdh tertuang dlm proposal yang kami unggah sebelumnya). Sehingga kami tidak bisa menindaklanjuti untuk membuka kelas yg sama di institusi masing”. Selain itu ada beberapa hal seputar fasilitas selama training yang membuat kami juga kurang nyaman. Di akhir kegiatan, kami sempat menyampaikan semua uneg” tersebut langsung kepada Pudir 4 PolBan sebagai penanggung jawab program tersebut, tentunya secara baik". Kami juga sepakat untuk mengirim email ke panitia program tersebut di Dikti, agar ada perbaikan ke depan.

Tapi dibalik ‘kekurangan’ itu, banyak juga hal lain yang patut disyukuri. Semuanya berusaha kunikmati dan kusyukuri..anggap saja sebagai rechargeKebetulan aku peserta perempuan satu”nya, dan sangat bersyukur teman”ku orangnya baik”, kami juga saling mendukung. Terlebih aku ngerasa ‘kalah start’ dibanding mereka, sehingga mesti banyak nimba ilmu dari mereka dan dari instruktur tentunya. Selain itu banyak wawasan dan pengalaman yang kuperoleh setelah beberapa minggu berinteraksi dg mereka. Asal institusi peserta yang beragam : ada yang dari Polinef (Politeknik Negeri Fak Fak), PoliBatam, Sekolah Tinggi Komputer di Semarang, Polinej (Politeknik Negeri Jakarta) dan dari Unikom Bandung; latar belakang budaya, lika-liku pengabdian mereka di daerah masing", dan banyak lagi hal lain yang menginspirasi.

Bersyukur juga di depan tempat penginapan kami terdapat komplek perumahan yang sangat hijau dan asri berkonsep villa (PRV). Kontur tanahnya berbukit-bukit, hampir semua rumah ditanami banyak bunga dan buah-buahan serta tidak berpagar, jejeran pohon pinus di sepanjang trotoar, bermacam bunga dan pohon-pohon besar yang hampir semuanya berbuah memenuhi fasum, juga sungai berarus deras dengan banyak bebatuan besar yang membelah komplek perumahan itu, menghadirkan suasana serasa di pegunungan. Pas banget untuk olahraga, sering aku dan teman” menyempatkan diri jalan-jalan di pagi hari ngirup udara bersih banyak” di situ sebelum berangkat training atau pas weekend.. segerr.

Hampir sebulan di Bandung, sempet diajak kulineran tante Yuli ..semoga lain waktu bisa sowan ke kediaman beliau bareng kelg.. aamiiin. Dan tentu juga tidak melewatkan jalan” ke tempat” menarik di kota Bandung dan sekitarnya bareng tmn". Mulai dari CiWalk dan Teras Cihampelas-nya, nonton rame" film"nya Avenger di PVJ, jalan" ke Car Free Day di Dago sambil nyobain memanah plus sekalian ngunjungi Masjid Salman ITB yang masyaaAllah makmurnya, nyobain kuliner” favorit seperti bakso Semar dan martabak Mertua Bandung, jalan” ke Floating Market & Farm House di Lembang, termasuk ‘gak sengaja’ lintas alam jalan kaki sejauh 7 km melintasi taman hutan raya dari Dago Pakar sampai ke curug Omas Maribaya (foto berempat di jembatan curug bareng rekan2 dari PNJ, Plobatam,dan Polinef 😊). Dan tentu nyempetin beli oleh” khas Jabar yg murah meriah di Pasar Baru deket PasKal.

Hari Sabtu di minggu pertama, aku sempet ketemuan dengan bu Ida - sahabat lamaku saat program IGI-GTZ dulu. Ketemuannya di UPI jalan Setiabudi Bandung. Nyempetin keliling bentar di UPI yang luas dan asri, foto” di depan gedung Isola yang unik - ikon nya UPI itu, dan juga nyempetin masuk ke teras Museum Pendidikan Nasional (sayangnya museum tutup kalo weekend). Dari UPI, kami berdua naik angkot jalan” ke Floating Market di Lembang. Cukup dekat naik ke Lembang kalo dari arah Jl. Setiabudi. Sebelum ke tujuan, mampir makan siang dulu di rumah makan Melati deket pasar Lembang yang menyediakan masakan Sunda. Masakannya cukup enak, termasuk semur jengkolnya. Tiket masuk ke Floating Market cukup murah, hanya 20k saja. Hampir semua area di tempat wisata itu menarik untuk berfoto” ria, termasuk di sekitar area penjualan souvenir khas Jepang dan penyewaan baju tradisionalnya alias kimono, Rainbow Garden-nya, Kota Mini-nya, dan spot lainnya yg juga bagus” - tapi perlu bayar lagi untuk masuk ke tempat" itu. Puas keliling, beli jajanan yg dijual di jejeran perahu” di telaga yg buanyak ikan mas gede dipelihara di situ. Kami ngicipi cakue Semar dan tahu susu Lembang ditemani coffe latte dan milo hangat - kedua minuman tsb gratis dengan nukarin tiket masuknya saja. 

Pulang dari sana sudah kesorean, gak jadi mampir ke Farm House spt yg direncanakan semula. Esoknya kucoba jln sendiri ke Farm House  krn sdh tahu rute dan angkotnya, bersyukur arah naik ke lembang gak jauh dari tempatku menginap.  alhamdulillah nyampe juga di Farm House , keliling singkat smbl ambil beberapa foto di spot” yg kuanggap menarik. Beda dengan Floating Market yg ada nuansa Jepang-nya, kalo di Farm House kental dg nuansa Eropa,termasuk ada penyewaan baju tradisional khas Holland – kayak noni” Belanda gitu. Di situ tiket masuk yg murmer cuma 25k juga bisa ditukar dg minuman yaitu susu dingin beraneka rasa yg seger banget. Kusempetin juga beli oleh” khas Farm House unt anak”ku, terus pulang..kunjungan yg cukup cukup singkat menurutku. Turun dari Lembang mampir beli surabi depan NHI (STP Bandung) jalan Setiabudi yg terkenal itu. Hmm..nyoba yg katanya favorit di situ rasa oncom mayo..lumayan enak, puas jln” singkat minggu siang itu..bener” me time :)…alhamdulillah.
Di lain kesempatan, kucoba jalan” sendiri lagi.. nyempetin mampir ke komplek pesantren Daarut Tauhid (DT) Bandung, yang untungnya gak jauh dari penginapanku yang masih di daerah Geger Kalong. Terakhir berkunjung ke sana thn 2003 lalu bersama ibu dan nenekku. MasyaaAllah masjid dan komplek sekitar DT bertambah makmur dan modern. Alhamdulillah pada satu kesempatan, juga diberi rejeki bisa ketemuan dengan bu Arik - teman SMP-ku dulu. Kebetulan dia lagi menghadiri mantenan ponakannya di hotel El Royal Bandung.

Beberapa kali jalan” di Bandung, jadi sering memanfaatkan jasa ojek online (go car dan grab). Nah dari situ jadi tahu sedikit banyak sistem di balik ojek online tsb. Tentang sistem pembayarannya (go pay, dll), tentang kebijakan suspend dan bonus atau komisinya, tentang dampak 'bintang lima' nya, tentang suka duka para mitra (driver-nya) dalam melayani penumpang dg bermacam karakternya, dan lain”nya. Obrolan kami juga sampe ke sosok Crystal Widjaya  - sang business intelligence, sosok jenius di balik sistem nya Go Jek. Hmmm.. jadi tahu bagaimana ojek online itu meng-eksplore dan memanfaatkan data mining. Data / informasi benar” jadi ‘harta karun’ saat ini yaa.

Ada juga kejadian yang sempet bikin deg"an, aku mengalami ‘ketindihan’. Malam itu entah kenapa aku sulit sekali tidur, rasanya suasana kamar di penginapanku itu jd serem dan ngerasa denger suara” aneh..sudah kubawa dzikir tp msh gak bisa ngilangin rasa parno itu.. tiba” terasa ada yg menindih badanku sampe sesak rasanya. Kucoba menggerakkan tubuhku tapi gak bisa, pikiranku makin gak karuan, tambah kebawa aja gambaran mahluk” astral di sekitar kamar penginapanku. Kucoba menenangkan diri sambil kusugesti pikiranku bhw itu hanya halusinasiku saja, sambil mencoba terus berdzikir. Alhamdulillah stlh bbrp menit ‘ketindihan’ itu hilang dg sendirinya. Dan akhirnya aku bisa tertidur. Besoknya kucari referensi ttg peristiwa yg kualami semalam. Ternyata itu yg disebut sleep paralysis, dan ada alasan medis nya. Perubahan pola dan ritme tidur, stress, kecapekan, atau melakukan aktifitas agak berat menjelang tidur ..bisajd penyebab nya. Syukurlah setelah tahu alasan medisnya, pikiranku jadi gak dipenuhi lagi dgn hal” berbau mahluk astral..he he

Menjelang berakhirnya pelatihan, kami diajak ke Sekolah Polisi Negara (SPN) di desa Cisarua Bandung, ngeliat dan nyobain hardware-nya Cisco yg cukup komplit dan bernilai milyaran itu. Beberapa dosen prodi telekomunikasi PolBan juga ngajar IT di SPN, makanya kami diajak ke sana. Ada pengalaman menarik pas ngeliat langsung hukuman yg diberikan pada beberapa pelajar yang kebetulan saat kami berkunjung tengah tertidur di kelas. Hukuman yg menurutku ‘cukup keras’ itu diberikan oleh salah satu pengawas dari Mabes POLRI yang memang ditugaskan di SPN selama masa studi 1 angkatan dengan durasi kira” hampir setahun. Gak tega rasanya, tapi setelah dijelaskan ‘maksud’ dan ‘manfaat’ hukuman tersebut yg memang diperlukan untuk membentuk kedisiplinan mereka sebagai 'alat negara', kami jadi ‘ngeh’.

Sehari menjelang pulang ke kampung masing", kami diajak jalan” ke Trans Studio ditraktir pihak penyelenggara ditemani Pak Usman salah satu instruktur pelatihan. And the last day Jumat 24 Nopember, kami siap" pulang kampung. Sebelumnya kami sempat bertemu PD4 untuk  menyampaikan uneg" kami secara baik", dan nyempetin nonton KMLI (Kompetisi Mobil Listrik Indonesia) yg kebetulan saat itu tengah diselenggarakan di PolBan. Malamnya, pesawat yang kutumpangi mendarat dengan selamat di bandara Juanda di tengah hujan deras dan angin kencang yang melanda Sidoarjo saat itu.. alhamdulillah wa syukurilah. 
Anyway .. terimakasih untuk : Dikti, PolBan, para instruktur, teman" peserta, POLSAS, teman baikku yg selalu mendukungku, bu Ida, tante Yuli, ibuku yang telah membantu menemani si bungsuku, dan tentunya  untuk suamiku yg telah rela berganti peran jadi 'ibu rumah tangga' selama sebulan aku di Bandung :-) 




update info:
selamat mengemban amanah baru ya Pak Subhan (Direktur Polinef).. barokallahu fiikum 😇

Desember 04, 2017

Membangun Kemandirian Anak

"Membangun Kemandirian & Tanggung Jawab Anak di Masa Transisi" ...

Tema parenting di atas dibawakan dengan detil dan lugas oleh Ustadzah Hanifah pada pertemuan ortu/walmur kelas 3 di SDIT Insan Kamil Sidoarjo beberapa bulan lalu saat pembagian rapor sisipan (pertengahan semester 1). Saat ini murid kelas 3 termasuk si bungsuku sedang memasuki masa transisi. Di kelas sebelumnya, mereka pulang siang sekitar pukul 13.30, mulai kelas 3 dst pulangnya sore sekitar pukul 16.00. Sejak kelas 3 juga dipisah antara perempuan dan laki-laki, hal ini diperlukan dalam rangka proses penegasan jati diri anak-anak sesuai jenis kelaminnya. 

Perubahan di masa transisi itu tentu berdampak pula pada perubahan sikap anak". Sehingga perlu menyiapkan diri untuk membangun kemandirian dan rasa tanggung jawabnya. Agar sesuai harapan, maka sebagai ortu, kita perlu menimba ilmunya. 

Pada kesempatan tersebut, Ketua Komite juga memberikan sambutannya sekaligus mengingatkan kami para ortu - untuk ‘menengok kembali’ jaminan mutu yang pernah di tanda tangani saat anak" baru menginjak di kelas 1 dulu. Ortu perlu paham dan mendukung program” sekolah, serta menjaga keselarasannya dengan kegiatan anak-anak di rumah. Ortu yang hebat adalah ortu yang terlibat, begitu pesan beliau. Ortu dan sekolah perlu saling berkolaborasi & bersinergi memberi bekal pada anak, termasuk dalam membentengi mereka dari lingkungan yang kurang kondusif di sekitar lingkungan rumah.  Sekaligus berharap mereka dapat ‘mewarnai’ lingkungannya dengan menjadi agen perubahan yang baik. Intinya ortu / walmur dapat ikut mengawal pihak lembaga dalam mewujudkan mimpinya (baca : visi dan misinya).

Dan berikut rangkuman materi parenting yang dibawakan oleh pemateri tersebut di atas:
  1. Ciri” anak mandiri : mampu menolong dan merawat dirinya sendiri, mampu membuat sebuah keputusan sendiri, mampu melaksanakan keputusannya tersebut, bertanggung jawab atas tindakannya, dan tidak terlambat datang ke sekolah.
  2. Bunda mesti ‘telaten’ – mampu menahan diri untuk tidak langsung menangani ‘ketidakmandirian’ anak dan mampu menahan diri dari keraguan terhadap keputusan yg sdh diambil anak”.
  3. Upayakan tercipta lima kondisi berikut untuk mendukung proses pembelajaran kemandirian anak”: keteladanan, pembiasaan, nasehat, reward, punishment. Kelima hal tersebut juga perlu ‘disosialisasikan’ pada extended family (nenek/kakek/bibi/asisten rumah tangga – yg ikut tinggal sehari” di rumah). Berikan punishment yang realistis yg memang bisa diterapkan. Jangan asal ‘mengancam’ anak” dg hukuman yg pada akhirnya tdk ‘tega’ untuk diterapkan. Karena anak” akan belajar dari ketidakkonsistenan / ketidaktegasan ortu.
  4. Mulai usia 9 thn, anak" perlu diberikan tugas harian rutin ringan di rumah, seperti membereskan meja belajarnya, atau melipat mukenah dg rapi, atau membuang sampah, dll.
  5. Terapkan juga pola asuh K3SD di rumah : komitmen, kolaborasi, konsisten, sabar & do’a.
  6. Bangun komitmen bersama anak, libatkan mereka dalam pembuatan aturan" di rumah, buat jadwal harian dari bangun tidur di pagi hari sd menjelang tidur malam.
  7. Bersabarlah dan terus konsisten, jangan berharap instan - berharap anak” bisa cepat berubah mandiri, nikmati saja semua prosesnya. Salah satu hal sederhana yg perlu dibangun adalah kemampuan tidur sendiri - yg merupakan salah satu bentuk ketrampilan hidup. Upayakan terus bentuk" kemandirian sederhana, dengan dibarengi menciptakan suasana yg kondusif sampai anak” mampu melakukannya.
  8. Sampaikan pada anak”, bahwa kadang ortu 'wajib' bersikap tegas, semata untuk membantu menyiapkan mereka pada kehidupan yg sebenarnya.
IMHO.. menurutku yg paling penting sebenarnya kembali pd kita sbg ortu - apakah masih ada niat dan kemauan kuat untuk mewujudkannya? Memang praktek tak semudah teori yaa..
Jadi sebagai pengingat diri dan juga untuk para ortu : Selamat ‘terus mencoba’ J