Februari 24, 2011

Flexi Irit ke Telkomsel ?

Promo Flexi Irit (tarif 49 per menit) ke pengguna Telkomsel sempet kucoba, saat itu tanpa cari tahu lebih lanjut infonya langsung aja kutelpon temanku pengguna Telkomsel…eh yang ada malah pulsaku berkurang banyak.

Penasaran…kutelpon 147 contact center-nya Telkom, dan ternyata ada langkah-langkah tertentu untuk menikmati tarif hemat tsb yaitu dengan mendaftarkan diri dulu pada program Flexi Irit (sempet komplain sih.. kenapa hal itu gak di-expose di iklan mereka)

Berikut langkah-langkah pendaftarannya :
- ketik IRIT kirim ke 123
- tampil pilihan menu, dan pilih nomer 6 (balas dengan ketik angka 6)
- tampil pesan konfirmasi ikut program Flexi Irit, jika ya : balas dengan ketik angka 1
- kemudian tampil pesan untuk isi pulsa minimal 10.000,-
- tampil pesan untuk menunggu proses pendaftaran
- isi ulang pulsa segera
- setelah isi pulsa, akan tampil pesan “Slmt menikmati tarif IRIT FLEXI serba Rp 49/menit ke sesama Flexi, TSEL lokal & telp rmh lokal & SMS ke semua operator selama 7 hari.Ketik STOP IRIT untuk berhenti”

Perhatian !
- jangan isi pulsa sebelum mendaftar! Isi pulsanya setelah mendaftar, tepatnya setelah mendapat pesan menunggu spt di atas. Isi ulang pulsa sdh jadi satu paket dengan program tsb.
- waktu pemakaian tarif hematnya hanya 7 hari (setelah isi ulang), sebaiknya di-reminder aja HP anda agar gak kebablasan nelpon/SMS seenaknya.Kalo untuk daftarnya kayaknya cukup sekali, dan mgk bisa otomatis menikmati tarif hemat lagi setelah isi ulang pulsa berikutnya.

semoga bermanfaat

update 20 juli 2011:
sayangnya...sekarang program flexi irit udah dihentikan
:(

Februari 17, 2011

Orang Yang Cerdas

Menurut kamus Bahasa Indonesia 2001, definisi cerdas adalah sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti); tajam pikirannya, sempurna pertumbuhan tubuhnya, cermat dalam adu ketajaman berpikir dan ketangkasan menjawab…dan seterusnya.

Sebenarnya ada definisi cerdas yang “lebih cerdas” …coba kita simak kutipan dari muslim.or.id berikut ini :

“Seorang lelaki dari kalangan Anshar bertanya pada Rasulullah : Siapakah orang mukmin yang paling cerdas?’ beliau menjawab : “Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas”…….. banyak mengingat mati dapat memendekkan angan-angan dan menghalangi kita dari berbuat maksiat serta memotivasi untuk lebih bersemangat berbuat ketaatan, karena kematian merupakan pemutus kelezatan. Mengingat mati juga akan melapangkan hati di kala sempit, dan mempersempit hati di kala lapang”

Itulah definisi cerdas yang lebih hakiki…

Jadi kita adalah orang yang cerdas kalo kita bersemangat dan bersungguh-sungguh (bukan hanya berangan-angan) untuk meraih cita-cita setinggi akherat (bukan hanya setinggi langit)

Kutulis sebagai nasehat untuk diriku sekaligus sbg pengingatku, dan semoga bermanfaat untuk yang membacanya

Februari 06, 2011

Perlu orang sekampung untuk membesarkan seorang anak

Tulisan Ida S Widayanti di majalah Hidayatullah edisi terbaru itu mengingatkan kami tentang upaya-upaya membesarkan dan mendidik anak-anak. Kebetulan tulisan itu pas dengan kondisi kami saat ini yang lagi bingung mencari sekolah yang tepat untuk anakku, yg insya Allah akan meninggalkan bangku SD beberapa bulan lagi. Sedangkan SMPIT pada naungan yang sama dengan SDIT anakku- belum siap beroperasi tahun ini, padahal anakku pengen sekali bisa melanjutkan sekolah di sana.

Upaya kita sebagai orang tua memilih sekolah atau pesantren yang baik untuk anak-anak harus dibarengi dengan upaya menjaga lingkungan sekitar rumah (kampung) agar tidak merusak “puzzle” yang telah disusun melalui kurikulum sekolah anak-anak kita.

“Perlu orang sekampung untuk membesarkan seorang anak” – seperti judul bukunya Hilary Rodham Clinton “It Takes a Village to Raise a Child” - untuk mendidik anak dibutuhkan lingkungan yang mendukung – begitu kutipan dari tulisan di majalah itu. Diawali dengan cerita seorang ibu yang telah berupaya mengirim anaknya jauh-jauh ke pesantren - begitu gelisah ketika mengetahui anaknya melihat situs porno yang dibuka oleh teman-teman bermain di lingkungan rumahnya. Di tempat lain, seorang ibu yang mempunyai beberapa orang anak merasa prihatin karena di lingkungan rumahnya tidak ada tempat mengaji, hanya ada musholla kecil yang tidak ‘hidup’. Si Ibu akhirnya membuka tempat mengaji di rumahnya dengan mendatangkan guru ngaji, dan ia juga membuka taman bacaan gratis untuk anak-anak di sekitar rumahnya. Dan Alhamdulillah upayanya mendapat respon positif dari lingkungannya.

Peduli pada pendidikan anak-anak berarti juga harus peduli pada lingkungan bermain mereka. Mungkin saat ini kita belum bisa – atau ‘belum ngoyo’ mengupayakan seperti si Ibu di atas. Tetapi kita tidak bisa lagi ‘cuek bebek’ dengan lingkungan kita, harus ada upaya seminim apapun itu dan sesibuk apapun kita. Karena itu, aku salut dengan tetanggaku yang mengajak anaknya dan anakku yang kebetulan lagi bermain dirumahnya – untuk sholat fadhu berjama’ah di masjid dekat rumah kami.